Minggu, 12 Desember 2010

GEISHA

Posted by Nekoshi on 09.16 0 komentar



Menjadi seorang geisha 


Kebudayaan tradisional jepang tidak terlepas dengan hardirnya seorang geisha. Geish yang berarti seniman penghibur ini, sudah ada di jepang sejak abad-18 dan kemudian berkembang dengan pesat pada abad ke-19.

Untuk menjadi geisha tidaklah mudah, Biasanya mereka terlebih dahulu melewati masa pelatihan dan ujian sebelum resmi menjadi seorang geisha profesional. selama masa pelatihan itu, geisha dilatih untuk menguasai tata krama dan seni tradisonal jepang. Setelah lulus, mereka diharapkan mempu memainkan alat musik tradisional jepang, menyanyi dan menari. Bahkan dalam percakapan, seorang geisha juga di bekali dengan pengetahuan yang luasm hingga tidak membosankan para tamu-tamu yang datang. bahkan seorang geisha yang sempurna mampu melakukan percakapan yang mengundang penasaran para tamu.

Bagi orang awam, geisha di anggap sebagai wanita penghibur bayaran yang bersifat negatif. padahal, oara geisha ini adalah seniman yang mampu menguasai seni tradisional jepang dengan sempurna. Biasanya mereka mampu memainkan alat musik drum, shamisen, dan shakuhachi, dengan indah. bukan itu saja, para geisha dituntut untuk mampu membaca puisi dengan nada-nada yang indah, menguasai cara menggunakan kimono yang rumit, serta mampu menggunakan alat riasan wajah yang tebal, lengkap dengan hiasan rambur yang super rumit. Semua kerepotan itu bahkan ditambah dengan keharusan untuk menguasai berbagai seni tradisional jepang. Seperti mampu melakukan cara menyajikan teh dan menuangkan sake dengan cara yang menarik.

Di zaman dahulu kala para geisha berasal dari keluarga tidak mampu yang di jual oleh keluarga mereka. Mereka kemudian dididik di okiya rumah-rumah tempat tinggal para geisha. Tapi sejak perang dunia ke 2 berakhir, pemerintah jepang melarang transaksi jual-beli anak-anak di bawah umu, untuk di jadikan seorang geisha, terlebih dahulu harus menempuh pendidikan formal, paling tidak sudah menyelesaikan sekolah menengah pertama.




Sejarah geisha: 


Zaman dahulu untuk menjadi seorang geisha harus di mulai sejak kecial. Tahap pertama dalam masa pelatihan adalah shikomi, dimana para shikomi ini diperlakukan seperti pembantu. Selain menyelesaikan separuh pekerjaan rumah tangga, mereka juga diharuskan untuk mengurus keperluan para geisha. Bahkan mereka harus menunggu sampai dini hari unutk menunggu geisha senior pulang dari pekerjaan.

Setelah tahap shikomi, lalu berlanjut ke tahap Minarai. Di tahap ini, Minarai tidak melakukan pekerjaan rumah tangga lagi. Minarai akan memulai masa magangnya dengan pergi bersama geisha senior, menghibur para tamu tapi tidak diperkenakan untuk tampil. Mereka hanya diperbolehkan untuk mengperhatikan geisha senior bagaimana cara menghibur para tamu dengan sempurna. Tahap ketiga adalah Maiko, dimana maiko diperbolehkan untuk mempertunjukan keahlian mereka kepada para tamu. Seperti bagaimana cara menyediakan teh, bermain shamisen dan menari, Maiko juga diharuskan untuk menggunakan make-up tebak, lengkap dengan tataan rambut yang sempurna saat bertugas. Kimono dan obi yang dipakai juga didominasi dengan berbagai warna dan penuh dengan sulaman indah, melebihi dengan apa yang dipakai oleh seorang geisha. Untuk biaya pelayanan maiko tidak semahal geisha. Setelah masa pelatihan lima tahun, maiko pun resmi menjadi geisha sampai mereka menentukan sendiri masa pensiunnya.

Sulit dan banyak syarat yang diminta untuk menjadi geisha, membuat seni tradisiona geisha yang tertutup ini semakin lama semakin memudar. Geisha mencapai puncaknya di tahun 1928dengan jumlah yang mencapai 80.000 orang. Sekarang ini jumlah geisha di jepang tidak lebih dari1.000 - 2.000 orang geisha saja. Bahkan ada beberapa rumah-rumah geisha yang memutuskan guling tikar, karena sepinya pengunjung. Ini jg di sebabkan karena tarif geisha yang cukup mahal. Setidaknya satu kali jamuan makan yang menghadirkan seorang geisha membutuhkan sedikitnya 80.000 yen (8,6 juta per orang).





FYI:
-Selain geisha wanita, juga ada geisha prea yang dikenal dengan nama taikomochi. Keberadaan taikomochi sebenarnya lebih ke arah hiburan yang bersifat komedi, di mana pria berdandan seperti geisha dan menghibur para tamu dengan lawakan-lawakan mereka.

-Di minggu pertama, maiko biasanya menghabiskan waktu mereka untuk mempelajari hal-hal yang bersifat sederhana, tapi dibutuhkan kedisiplinan dan kerja keras. Seperti belajar cara membungkuk dan berjalan dengan gemulai dan belajar cara memakai kimono. Bahkan beberapa calon geisha yang berasal dari luar Kyoto, diharuskan untuk belajar cara berbicara dialek Kyoto

-Maiko berasal dari kata Mai yang berarti menari dan Ko yang berarti anak kecil.

-Di tahun 1930-an demi menunjukan dedikasi maiko untuk menjadi geisha, mereka biasanya merendam tangan mereka di ari yang sangat dingin. Kemudian keluar dan berlatih di bawah udara yang dingin untuk bermain shamisen sampai jari-jari mereka berdarah.

-Salah satu peraturan untuk menjadi seorang geisha adalah tidak diperbolahkan menikah.

-Walaupun di Kyoto untuk menjadi seorang geisha diprelukan masa pelatihan sampai 5 tahun, di tokyo hanya memerlukan masa pelatihan selama 6 bulan saja. Biasanya para geisha yang ada di Tokyo rata-rata lebih tua dibandingkan dengan oara geisha yang ada di  Kyoto

-Di Kyoto, geisha juga biasa dipanggil dengan nama Geiko

-Untuk menjadi geisha berarti mau meninggalkan kehidupan normal, karena menjadi seorang geisha, harus rela meninggalkan keluarga mereka dan hidup terpisah selamanya.


Blog edited : Kuro-ro


0 Responses so far:

Leave a Reply